Nasional.id – Seorang ibu rumah tangga (IRT) bernama Ester Urpon (35), warga Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan, meninggal dunia akibat kelaparan dan sakit tanpa mendapat pertolongan medis, Rabu (8/10/2025).
Kematian tragis itu terjadi setelah Puskesmas Kiwirok dibakar oleh kelompok separatis bersenjata OPM, sehingga seluruh fasilitas kesehatan dan obat-obatan di wilayah tersebut musnah. Akibatnya, tidak ada layanan medis bagi warga yang kini hidup dalam pengungsian.
“Korban meninggal dunia karena kelaparan dan jatuh sakit, sementara fasilitas kesehatan sudah habis dibakar,” ujar Penerangan Satgas Koops Swasembada, Letda Inf Iqbal Fauzan, dalam keterangannya yang diterima Jumat malam (10/10/2025).
Disebutkan, bahwa saat kejadian, Ester Urpon bersama puluhan warga lain berlindung di sebuah balai desa yang dianggap aman dari serangan OPM. Namun, kondisi mereka kini sangat memprihatinkan karena kekurangan bahan makanan.
“Wilayah Kiwirok hingga hari ini benar-benar terisolasi. Tidak ada akses logistik, obat-obatan, pendidikan, transportasi, dan layanan publik lainnya. Warga bahkan takut keluar rumah karena khawatir dicap sebagai mata-mata oleh OPM,” kata Iqbal.
Dalam video berdurasi 1 menit 32 detik yang turut disertakan Satgas, Gembala Jemaat Distrik Kiwirok, Leo Uopmabin, menyampaikan kondisi darurat yang dialami warganya.
“Kami warga Kiwirok berada di penampungan pengungsi karena konflik. Banyak warga mulai sakit diare, flu, dan penyakit lain. Kami mohon Pemerintah Daerah Pegunungan Bintang, TNI, dan Polri segera memberikan bantuan logistik dan obat-obatan,” ujar Leo dalam video tersebut.
Siaran pers Satgas Koops Swasembada mencatat, aksi kekerasan OPM berlangsung sejak akhir September 2025.
Kamis (25/9), Bandara Kiwirok ditutup sementara karena alasan keamanan.
Sabtu (27/9), Gedung SDN Kiwirok dibakar, menyebabkan kegiatan belajar mengajar terhenti.
Senin (29/9), Puskesmas Kiwirok dibakar, memutus total akses layanan kesehatan.
Selasa (7/10), SMPN Kiwirok juga dibakar hingga rata dengan tanah.
Akibat serangkaian aksi tersebut, sekitar 170 warga kini hidup dalam ketakutan dan kekurangan, terputus dari pasokan logistik dan bantuan sejak bandara ditutup.
Bupati Pegunungan Bintang Spei Yan Bidana dikabarkan tengah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mengambil langkah cepat mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Kiwirok dan menghentikan kekerasan di wilayah tersebut.
Tinggalkan Balasan