Nasional.id – Pagi kemarin, Rabu 30 April 2025, suasana di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terasa berbeda. Di antara toga hitam dan wajah-wajah serius para aparat hukum, tampak satu sosok yang begitu familiar bagi kalangan jurnalis, dia adalah Andi Saputra.
Namun kali ini, Andi Saputra bukan datang sebagai peliput. Ia berdiri dengan tenang, mengucap sumpah sebagai Hakim Adhoc Tindak Pidana Korupsi.
Bagi sebagian orang, mungkin ini hanya seremonial biasa. Tapi bagi rekan-rekannya di Ikatan Wartawan Hukum (Iwakum), pelantikan Andi Saputra adalah babak baru yang sarat makna.
Sosok yang selama ini dikenal tajam menulis dan tegas menjaga etika jurnalistik, kini dipercaya langsung menegakkan keadilan di ruang sidang.
“Mas Andi membuktikan bahwa wartawan hukum tidak hanya bisa menulis tentang keadilan, tapi juga bisa terlibat langsung dalam menegakkannya,” ujar Irfan Kamil, Ketua Umum Iwakum.
“Ini bukan sekadar pencapaian pribadi. Ini momen yang membanggakan dan bersejarah bagi kami semua,” tambahnya.
Nama Andi Saputra memang tak asing. Lebih dari sepuluh tahun ia mengabdi sebagai jurnalis di detikcom.
Dalam setiap liputan kasus hukum, ia dikenal tak mudah tergoda sensasi. Tulisannya tajam, berimbang, dan selalu menjunjung integritas.
Tak heran jika ia sempat dipercaya memimpin Iwakum, organisasi profesi yang menaungi para wartawan hukum di Indonesia.
Irfan mengenangnya bukan hanya sebagai rekan, tapi juga mentor. “Saya pernah dipimpin langsung oleh beliau. Beliau itu tipe pemimpin yang membimbing dengan teladan. Kami yakin, nilai-nilai profesionalisme dan idealisme yang ia pegang sebagai jurnalis akan terus ia bawa dalam tugas barunya sebagai hakim.”
Transformasi Andi Saputra dari jurnalis ke hakim mungkin terdengar mengejutkan bagi sebagian orang.
Namun bagi mereka yang mengenalnya dekat, ini adalah evolusi alami dari komitmen panjang terhadap keadilan. Dulu ia menulis dari balik meja redaksi, kini ia menegakkan hukum dari balik palu hakim.
Dari pena ke palu, Andi Saputra menunjukkan bahwa profesi wartawan hukum punya ruang luas untuk tumbuh, berkontribusi lebih besar, dan menyentuh inti dari apa yang mereka liput setiap hari: keadilan itu sendiri. (***)
Tinggalkan Balasan