Nasioanl.id, Jakarta – Di bawah cahaya temaram lampu jalan, ketika kebanyakan orang tengah bersiap memejamkan mata, sekelompok polisi dari Polsek Pademangan justru memulai langkah-langkah panjang mereka menyusuri lorong malam dalam tugas mulia menjaga rasa aman masyarakat.

Kegiatan itu mereka namai Patroli KKYD (Kegiatan Kepolisian yang Ditingkatkan), dipimpin Kanit Reskrim AKP Muhaiyin Ikhsan, mereka menyisir sudut-sudut kota yang rawan dari Ruko Permata Ancol hingga Jalan Rajawali Selatan.

Di tengah tugas, mereka bertemu sekelompok remaja yang nongkrong larut malam di Jalan Budi Mulia. Tak ada ancaman, hanya anak-anak muda yang butuh arahan.

Dengan suara tenang dan pendekatan yang penuh kepedulian, polisi meminta mereka pulang. Tidak ada bentakan, hanya ajakan penuh empati karena terkadang, satu nasihat lembut dari yang lebih dewasa bisa menghindarkan mereka dari bahaya yang tak terlihat.

Namun malam itu menyimpan kisah lain, kisah sunyi seorang pria muda yang hilang arah di tengah keramaian ibu kota.

Di Jalan Pasir Putih, Ancol, laporan warga mengantarkan petugas pada seorang pemuda yang tampak kebingungan. Namanya Rianto. Usianya baru 24 tahun. Pekerjaannya buruh harian lepas. Rumahnya jauh, di Banjarnegara, Jawa Tengah. Ia duduk diam, tak tahu ke mana harus melangkah. Sudah dua hari ia menghilang dari tempat kerjanya, tanpa kabar, tanpa tujuan.

Petugas tidak sekadar lewat. Mereka duduk, mendengar ceritanya. Mereka menelepon teman-temannya, mencari tahu keberadaannya. Lalu, mereka menghubungi mandornya. Dalam sunyi malam Jakarta, para polisi itu menyusun jalan pulang bagi seorang anak rantau yang nyaris tenggelam dalam hiruk-pikuk kota.

Tidak dengan mobil tahanan, tapi dengan travel yang dibiayai sepenuh hati oleh Polsek Pademangan, Rianto akhirnya kembali ke pangkuan keluarganya.

Ia pulang bukan hanya dengan tubuh utuh, tapi dengan rasa bahwa masih ada yang peduli. Bahwa ketika ia tersesat, negara hadir bukan untuk menghukumnya, tapi merangkul dan menuntunnya pulang.

Kapolsek Pademangan, Kompol Immanuel Sinaga, berkata, “Kami tidak hanya menjaga keamanan. Kami hadir untuk merawat sisi kemanusiaan dalam tugas. Karena tugas kepolisian bukan hanya menegakkan hukum, tapi memastikan tak ada yang merasa sendirian.”

Patroli malam itu pun terus berjalan. Tapi bagi Rianto, malam itu adalah akhir dari kesendirian, dan awal dari harapan baru. Karena sesekali, di balik seragam dan prosedur, yang bekerja adalah hati. Dan malam yang kelam, pun bisa menjadi perjalanan pulang yang penuh cahaya.